Insomnia Parah Memicu Resiko Bunuh Diri
Mimpi buruk dan pandangan yang salah tentang tidur dapat meningkatkan risiko bunuh diri pada orang yang mengalami depresi. Hal ini diungkapkan pada hasil sebuah studi yang meneliti hubungan masalah tidur dengan tingkat resiko bunuh diri.
Orang-orang yang mengalami insomnia cenderung menilai tidur sebagai suatu yang tidak boleh diabaikan. Mereka selalu ingin memperoleh tidur yang berkualitas, atau ingin jam tidurnya normal.
Menurut para peneliti, hal itu dapat menyebabkan seorang insomnia mengalami keputusasaan dan depresi. Emosi seperti itu dapat menimbulkan resiko bunuh diri.
"Insomnia dapat menyebabkan jenis keputusasaan yang sangat spesifik, dan keputusasaan dengan sendirinya merupakan faktor kuat bunuh diri," kata peneliti Dr W. Vaughn McCall, pimpinan Departemen Psikiatri dan Perilaku Kesehatan di Georgia Health Sciences University di Augusta, Georgia, Amerika Serikat.
Sedangkan faktor-faktor yang mengkontribusi risiko bunuh diri tidak sama untuk semua orang, "Untuk beberapa pasien, saya pikir masalah tidur merupakan bagian dari (gejala) riwayat," kata Dr McCall seperti dikutip dari My Health News Daily.
Selama studi, Dr McCall dan timnya meneliti 50 orang depresi berusia 20 hingga 84 tahun, beberapa di antaranya berada di rumah sakit. Hampir semua pasien menjalani perawatan psikiater, dan 56 persen diantaranya pernah mencoba bunuh diri setidaknya sekali.
Para partisipan itu disurvei tingkat insomnia dan pemikiran bunuh diri mereka, serta apakah mereka mengalami mimpi buruk atau keyakinan yang melenceng tentang tidur.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa orang dengan insomnia dua kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri dibanding orang yang tidak memiliki permasalahan tidur.
Sebuah studi 2011 pada remaja, menemukan bahwa mereka yang memiliki problem tidur pada usia 12 sampai 14 tahun adalah 2,5 kali lebih mungkin berpikiran untuk bunuh diri.
Tergantung pada orang, insomnia bisa menjadi penyebab atau efek depresi, kata Dr McCall. "Orang-orang menjadi sangat putus asa dan kerusakan moral (karena) hidup dengan insomnia malam demi malam."
Mengobati mimpi buruk atau pandangan yang tidak salah tentang tidur lewat psikoterapi atau obat-obatan dapat mengurangi risiko bunuh diri. Dr McCall berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah dengan mengobati insomnia dengan obat tidur dapat mengurangi risiko bunuh diri.
Orang-orang yang mengalami insomnia cenderung menilai tidur sebagai suatu yang tidak boleh diabaikan. Mereka selalu ingin memperoleh tidur yang berkualitas, atau ingin jam tidurnya normal.
Menurut para peneliti, hal itu dapat menyebabkan seorang insomnia mengalami keputusasaan dan depresi. Emosi seperti itu dapat menimbulkan resiko bunuh diri.
"Insomnia dapat menyebabkan jenis keputusasaan yang sangat spesifik, dan keputusasaan dengan sendirinya merupakan faktor kuat bunuh diri," kata peneliti Dr W. Vaughn McCall, pimpinan Departemen Psikiatri dan Perilaku Kesehatan di Georgia Health Sciences University di Augusta, Georgia, Amerika Serikat.
Sedangkan faktor-faktor yang mengkontribusi risiko bunuh diri tidak sama untuk semua orang, "Untuk beberapa pasien, saya pikir masalah tidur merupakan bagian dari (gejala) riwayat," kata Dr McCall seperti dikutip dari My Health News Daily.
Selama studi, Dr McCall dan timnya meneliti 50 orang depresi berusia 20 hingga 84 tahun, beberapa di antaranya berada di rumah sakit. Hampir semua pasien menjalani perawatan psikiater, dan 56 persen diantaranya pernah mencoba bunuh diri setidaknya sekali.
Para partisipan itu disurvei tingkat insomnia dan pemikiran bunuh diri mereka, serta apakah mereka mengalami mimpi buruk atau keyakinan yang melenceng tentang tidur.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa orang dengan insomnia dua kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri dibanding orang yang tidak memiliki permasalahan tidur.
Sebuah studi 2011 pada remaja, menemukan bahwa mereka yang memiliki problem tidur pada usia 12 sampai 14 tahun adalah 2,5 kali lebih mungkin berpikiran untuk bunuh diri.
Tergantung pada orang, insomnia bisa menjadi penyebab atau efek depresi, kata Dr McCall. "Orang-orang menjadi sangat putus asa dan kerusakan moral (karena) hidup dengan insomnia malam demi malam."
Mengobati mimpi buruk atau pandangan yang tidak salah tentang tidur lewat psikoterapi atau obat-obatan dapat mengurangi risiko bunuh diri. Dr McCall berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah dengan mengobati insomnia dengan obat tidur dapat mengurangi risiko bunuh diri.
Mimpi buruk dan masalah tidur dapat meningkatkan risiko bunuh diri pada orang yang mengalami depresi akibat insomnia. (foto:funnyjunk.com) |
Komentar
Posting Komentar