Keluarga Harmonis Mencegah Anak Menggunakan Narkoba
Sekira 2,2 persen atau sekitar lebih dari 4 juta orang Indonesia pernah mencoba dan bahkan menjadi pecandu narkoba. Sebuah survei menunjukkan pada tahun 2011 10 persen dari pelajar atau mahasiswa pernah menggunakan narkoba dan pecandu narkoba.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) para remaja adalah yang paling rawan menggunakan narkoba. Ini dikarenakan remaja adalah individu yang mempunyai sifat ingin tahu dan berani mengambil resiko.
Sifat-sifat remaja tersebut juga didorong oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa berasal dari sekolah, lingkungan sekitar, dan yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga.
Masalah ketidakharmonisan keluarga dan merasa terbuang dalam keluarga dapat membangkitkan keberanian anak melarikan diri ke jalur nekad, salah satunya menggunakan narkoba.
Pengaruh buruk yang menjerumus ke penggunaan narkoba dari teman-teman para remaja, baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, sebenarnya dapat dicegah bila sejak dini orang tua dan anak menjalin hubungan harmonis dalam komunikasi yang baik.
Kesibukan orang tua dalam menjalankan bisnis dan meniti karir acap kali menumbalkan hubungan baik orang tua dengan anak. Orang tua seakan tidak ada waktu lagi untuk mengurusi ataupun sekedar berbincang-bincang dengan anak-anaknya.
Andaikan dalam sehari hanya menyisakan waktu 1-2 jam saja menghabiskan waktu bersama mereka tentu hubungan orang tua dan anak akan semakin mesra.
Komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak
Komunikasi yang baik tidak selamanya berarti berbicara dengan sopan dan penuh wibawa bagai atasan dengan bawahan. Kita tidak perlu menghancurkan pendapat-pendapat salah si anak dengan kata-kata seorang General Manager seperti begini, "kamu punya otak? Punya? Koq ngak dipake? Kalo gak punya otak, boleh donk gaji kamu saya bayar dengan sebungkus otak-otak."
Ada baiknya kita beritahu dia dengan wajah bersahabat bahwa pandangannya itu salah dan menjelaskan secara ringkas hal yang benar. Usahakan juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sesuai usia mereka. Tak perlu menggunakan bahasa hukum dengan membacakan Undang Undang Narkotika, mereka takkan paham.
Menjadi kebiasaan banyak orang tua yang selalu memotong pendapat anak-anak mereka, terutama yang masih berusia di bawah 10 tahun. Itu akan menjadikan rasa penasaran yang terlebih mendalam pada pendapat mereka yang belum selesai mereka utarakan
Pengaruh merokok dan teknologi
Hal terpenting yang harus dihindari orang tua agar si anak yakin bahayanya narkoba adalah jangan pernah menggunakan narkoba dan merokok. Hal itu selain membuat anak bingung juga akan memicu rasa ingin meniru perilaku orang tua.
Merokok juga merupakan pemicu para remaja berani mencoba yang lebih jantan, lebih hebat dan lebih berani. Mungkin selanjutnya mereka akan mencoba ganja lalu kokain atau heroin.
Teknologi juga dapat menjadi media yang membawa berpengaruh buruk bagi anak. Betapa banyak tayangan televisi dan film yang mengadegankan sosok orang mabuk yang hebat, betapa jantannya seseorang dengan rokok di tangan.
Di sini peran orang tua mendampingi anak menonton amat penting. Orang tua harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi; bahwa itu hanya dibuat-buat dan sebenarnya mabuk itu membuat kepala pusing ratusan keliling hingga membuat orang mengangkat kepala saja sulit; bahwa merokok dapat membuat nafas bau dan akibatnya orang-orang akan menjauh dan menutup hidung mereka karena jijik dengan bau nafas kita.
Data dan statistik
Narkoba amat menakutkan baik bagi pengguna maupun lingkungan sekitarnya. Penyalahgunaan narkoba telah merengut 50 nyawa dalam sehari. Itu berarti 50 keluarga kehilangan orang tercinta akibat narkoba.
Indonesia dengan penduduk 242 juta jiwa 4 juta diantaranya pernah menggunakan dan pencandu narkoba. Angka itu menunjukkan 1,65 persen dari penduduk Indonesia mengkonsumsi narkoba.
Pengguna narkoba di Indonesia juga lebih banyak dari kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa. Pelajar tingkat SMU menjadi yang tertinggi dalam angka pengguna narkoba. 80 persen pemakai rutin/pecandu narkoba dari kalangan pelajar SMU dan mahasiswa.
Sebagai orang tua tentu kita tidak rela anak-anak kita menjadi pengguna narkoba. Terlebih lagi, kita pasti sangat ingin menjadi satu di antara 50 keluarga yang kehilangan anggota keluarga akibat
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) para remaja adalah yang paling rawan menggunakan narkoba. Ini dikarenakan remaja adalah individu yang mempunyai sifat ingin tahu dan berani mengambil resiko.
Sifat-sifat remaja tersebut juga didorong oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan bisa berasal dari sekolah, lingkungan sekitar, dan yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga.
Masalah ketidakharmonisan keluarga dan merasa terbuang dalam keluarga dapat membangkitkan keberanian anak melarikan diri ke jalur nekad, salah satunya menggunakan narkoba.
Pengaruh buruk yang menjerumus ke penggunaan narkoba dari teman-teman para remaja, baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, sebenarnya dapat dicegah bila sejak dini orang tua dan anak menjalin hubungan harmonis dalam komunikasi yang baik.
Kesibukan orang tua dalam menjalankan bisnis dan meniti karir acap kali menumbalkan hubungan baik orang tua dengan anak. Orang tua seakan tidak ada waktu lagi untuk mengurusi ataupun sekedar berbincang-bincang dengan anak-anaknya.
Andaikan dalam sehari hanya menyisakan waktu 1-2 jam saja menghabiskan waktu bersama mereka tentu hubungan orang tua dan anak akan semakin mesra.
Komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak
Komunikasi yang baik tidak selamanya berarti berbicara dengan sopan dan penuh wibawa bagai atasan dengan bawahan. Kita tidak perlu menghancurkan pendapat-pendapat salah si anak dengan kata-kata seorang General Manager seperti begini, "kamu punya otak? Punya? Koq ngak dipake? Kalo gak punya otak, boleh donk gaji kamu saya bayar dengan sebungkus otak-otak."
Ada baiknya kita beritahu dia dengan wajah bersahabat bahwa pandangannya itu salah dan menjelaskan secara ringkas hal yang benar. Usahakan juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sesuai usia mereka. Tak perlu menggunakan bahasa hukum dengan membacakan Undang Undang Narkotika, mereka takkan paham.
Menjadi kebiasaan banyak orang tua yang selalu memotong pendapat anak-anak mereka, terutama yang masih berusia di bawah 10 tahun. Itu akan menjadikan rasa penasaran yang terlebih mendalam pada pendapat mereka yang belum selesai mereka utarakan
Pengaruh merokok dan teknologi
Hal terpenting yang harus dihindari orang tua agar si anak yakin bahayanya narkoba adalah jangan pernah menggunakan narkoba dan merokok. Hal itu selain membuat anak bingung juga akan memicu rasa ingin meniru perilaku orang tua.
Merokok juga merupakan pemicu para remaja berani mencoba yang lebih jantan, lebih hebat dan lebih berani. Mungkin selanjutnya mereka akan mencoba ganja lalu kokain atau heroin.
Teknologi juga dapat menjadi media yang membawa berpengaruh buruk bagi anak. Betapa banyak tayangan televisi dan film yang mengadegankan sosok orang mabuk yang hebat, betapa jantannya seseorang dengan rokok di tangan.
Di sini peran orang tua mendampingi anak menonton amat penting. Orang tua harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi; bahwa itu hanya dibuat-buat dan sebenarnya mabuk itu membuat kepala pusing ratusan keliling hingga membuat orang mengangkat kepala saja sulit; bahwa merokok dapat membuat nafas bau dan akibatnya orang-orang akan menjauh dan menutup hidung mereka karena jijik dengan bau nafas kita.
Data dan statistik
Narkoba amat menakutkan baik bagi pengguna maupun lingkungan sekitarnya. Penyalahgunaan narkoba telah merengut 50 nyawa dalam sehari. Itu berarti 50 keluarga kehilangan orang tercinta akibat narkoba.
Indonesia dengan penduduk 242 juta jiwa 4 juta diantaranya pernah menggunakan dan pencandu narkoba. Angka itu menunjukkan 1,65 persen dari penduduk Indonesia mengkonsumsi narkoba.
Pengguna narkoba di Indonesia juga lebih banyak dari kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa. Pelajar tingkat SMU menjadi yang tertinggi dalam angka pengguna narkoba. 80 persen pemakai rutin/pecandu narkoba dari kalangan pelajar SMU dan mahasiswa.
Sebagai orang tua tentu kita tidak rela anak-anak kita menjadi pengguna narkoba. Terlebih lagi, kita pasti sangat ingin menjadi satu di antara 50 keluarga yang kehilangan anggota keluarga akibat
Komentar
Posting Komentar