Mitos Seputar Depresi
Depresi adalah efek negatif pada pikiran, perilaku, perasaan, pandangan dunia dan kebugaran fisik seseorang akibat dari suasana hati yang buruk dan enggan melakukan kegiatan. Orang yang mengalami depresi mungkin merasa sedih, cemas, putus asa, tak berdaya, tidak berharga, bersalah, marah, sakit hati atau gelisah.
Mereka mungkin kehilangan ketertarikan dalam melakukan kegiatan yang dulu menyenangkan baginya, kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan, memiliki masalah konsentrasi, atau mencoba bunuh diri.
Terdapat beberapa mitos yang sering diutarakan seputar depresi. Mitos-mitos tentang depresi tersebut sering membuat seseorang tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya mereka jalani. Paling tidak, terdapat tujuh mitos yang paling dipercayai orang.
1. Depresi dipicu oleh kesedihan
Rasa sedih bisa menjadi penyebab depresi, tapi tahukah Anda bahwa kemarahan merupakan pengaruh terbesar dari depresi. Seorang psikolog di Buzzards Bay, Amerika Serikat, Katherine Krefft, berpendapat kesedihan jarang menyebabkan depresi. Mampu merasa sedih sebenarnya berarti Anda cukup sehat untuk berhubungan dengan perasaan Anda.
"Suasana hati yang buruk yang disebabkan oleh depresi tidak dapat dianggap sebagai kesedihan," kata Dokter Robert Rowney, seorang psikiater dan ahli suasana gangguan yang merupakan direktur dari Cleveland Clinic Center for Mood Disorders Treatment and Research di Rumah Sakit Lutheran, Amerika Serikat. "Tapi jika Anda memiliki gejala lain dari depresi yang berlangsung selama beberapa minggu dan mengganggu kemampuan Anda untuk bekerja atau tidur, dan tentu saja jika Anda berpikir tentang bunuh diri, Anda perlu meminta bantuan."
2. Depresi disebabkan oleh kejiwaan
Gejala depresi sertakan gejala kejiwaan atau mental, seperti kesedihan, kemarahan, kecemasan, kebingungan, keputusasaan, kekosongan, kehilangan kenikmatan, dan berpikir bunuh diri. Tapi gejala fisik juga lazim menjadi penyebabnya. Gejala fisik itu dapat meliputi kurangnya energi, perubahan pola tidur dan pola makan, pergerakan yang melamban, sakit kepala, masalah lambung, dan nyeri tubuh. Jika Anda memiliki beberapa gejala fisik tersebut, yang berlangsung selama dua minggu atau lebih dan mengganggu kemampuan Anda untuk berfungsi secara normal, kemungkinan Anda mengalami depresi
3. Depresi hanya dialami wanita
Mitos bahwa "pria sejati tidak mengalami depresi," atau bahwa mereka harus tabah dari gejala depresi, sangat tidak benar.
"Meskipun perempuan lebih mungkin untuk menderita depresi dibanding pria, pada kenyataannya bahkan pria sejati sekalipun dapat mengalami depresi," kata Dokter Rowney. Bahkan, depresi mungkin lebih berbahaya pada pria dibandingkan pada wanita. Pria lebih mungkin untuk menghindari pengobatan, memperdalam efek depresi dengan penyalahgunaan obat-obatan, dan bahkan melakukan bunuh diri.
4. Sindrom pra haid
Sindrom pra haid (premenstrual syndrome atau PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sindrom ini mempengaruhi hampir 75 persen wanita, namun sindrom ini tidak seperti depresi.
Namun jenis lain dari sindrom pra haid ini, premenstrual dysphoric disorder (PMDD), adalah jenis dari depresi yang mempengaruhi wanita selama paruh kedua siklus menstruasi mereka.
5. Depresi tidak berkurang dengan obat
Salah satu mitos depresi yang paling berbahaya adalah bahwa depresi tidak dapat ditangani dengan pengobatan dan karena itu penderita hanya harus menunggu sampai Anda depresi menghilang. Yang benar adalah bahwa pengobatan depresi biasanya bekerja dengan sangat baik, dan depresi yang tidak diobati benar-benar berbahaya. Sekitar 80 sampai 90 persen orang dengan depresi berat berhasil diobati dan dapat kembali melakukan aktivitas secara normal. Depresi yang tidak berusaha diobati menjadi penyebab tertinggi dari bunuh diri.
6. Obat anti depresi
"Kecuali mengalami depresi parah, Anda mungkin tidak perlu antidepresan," kata Krefft "Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa banyak orang tidak membutuhkan antidepresan.".
Terapi bicara mungkin menjadi pengobatan terbaik untuk depresi ringan atau sedang. Terapi perilaku (Cognitive behavioral therapy atau CBT) adalah psikoterapi umum dengan mengajarkan cara untuk mengganti pikiran dan perilaku depresi dengan hal yang positif. Dalam beberapa kasus tertentu, antidepresan dapat dibutuhkan selain psikoterapi.
7. Ketergantungan pada obat
"Tidak benar sama sekali," kata Dokter Rowney. "Jika Anda mengkonsumsi antidepresan dengan teratur selama sembilan bulan sampai satu tahun, Anda dapat mulai untuk menguranginya." Sementara beberapa penderita mungkin membutuhkan terapi yang lebih lama lagi.
Akibat dari mitos tidak benar ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada peringatan hari Kesehatan Mental Sedunia bulan September 2012 yang lalu, menyatakan secara global, lebih dari 350 juta orang mengalami depresi. Tetapi karena stigma yang sering melekat pada depresi, banyak orang enggan mengakui bahwa mereka sakit dan tidak mencari pengobatan.
Mereka mungkin kehilangan ketertarikan dalam melakukan kegiatan yang dulu menyenangkan baginya, kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan, memiliki masalah konsentrasi, atau mencoba bunuh diri.
Terdapat beberapa mitos yang sering diutarakan seputar depresi. Mitos-mitos tentang depresi tersebut sering membuat seseorang tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya mereka jalani. Paling tidak, terdapat tujuh mitos yang paling dipercayai orang.
1. Depresi dipicu oleh kesedihan
Rasa sedih bisa menjadi penyebab depresi, tapi tahukah Anda bahwa kemarahan merupakan pengaruh terbesar dari depresi. Seorang psikolog di Buzzards Bay, Amerika Serikat, Katherine Krefft, berpendapat kesedihan jarang menyebabkan depresi. Mampu merasa sedih sebenarnya berarti Anda cukup sehat untuk berhubungan dengan perasaan Anda.
"Suasana hati yang buruk yang disebabkan oleh depresi tidak dapat dianggap sebagai kesedihan," kata Dokter Robert Rowney, seorang psikiater dan ahli suasana gangguan yang merupakan direktur dari Cleveland Clinic Center for Mood Disorders Treatment and Research di Rumah Sakit Lutheran, Amerika Serikat. "Tapi jika Anda memiliki gejala lain dari depresi yang berlangsung selama beberapa minggu dan mengganggu kemampuan Anda untuk bekerja atau tidur, dan tentu saja jika Anda berpikir tentang bunuh diri, Anda perlu meminta bantuan."
2. Depresi disebabkan oleh kejiwaan
Gejala depresi sertakan gejala kejiwaan atau mental, seperti kesedihan, kemarahan, kecemasan, kebingungan, keputusasaan, kekosongan, kehilangan kenikmatan, dan berpikir bunuh diri. Tapi gejala fisik juga lazim menjadi penyebabnya. Gejala fisik itu dapat meliputi kurangnya energi, perubahan pola tidur dan pola makan, pergerakan yang melamban, sakit kepala, masalah lambung, dan nyeri tubuh. Jika Anda memiliki beberapa gejala fisik tersebut, yang berlangsung selama dua minggu atau lebih dan mengganggu kemampuan Anda untuk berfungsi secara normal, kemungkinan Anda mengalami depresi
3. Depresi hanya dialami wanita
Mitos bahwa "pria sejati tidak mengalami depresi," atau bahwa mereka harus tabah dari gejala depresi, sangat tidak benar.
"Meskipun perempuan lebih mungkin untuk menderita depresi dibanding pria, pada kenyataannya bahkan pria sejati sekalipun dapat mengalami depresi," kata Dokter Rowney. Bahkan, depresi mungkin lebih berbahaya pada pria dibandingkan pada wanita. Pria lebih mungkin untuk menghindari pengobatan, memperdalam efek depresi dengan penyalahgunaan obat-obatan, dan bahkan melakukan bunuh diri.
4. Sindrom pra haid
Sindrom pra haid (premenstrual syndrome atau PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sindrom ini mempengaruhi hampir 75 persen wanita, namun sindrom ini tidak seperti depresi.
Namun jenis lain dari sindrom pra haid ini, premenstrual dysphoric disorder (PMDD), adalah jenis dari depresi yang mempengaruhi wanita selama paruh kedua siklus menstruasi mereka.
5. Depresi tidak berkurang dengan obat
Salah satu mitos depresi yang paling berbahaya adalah bahwa depresi tidak dapat ditangani dengan pengobatan dan karena itu penderita hanya harus menunggu sampai Anda depresi menghilang. Yang benar adalah bahwa pengobatan depresi biasanya bekerja dengan sangat baik, dan depresi yang tidak diobati benar-benar berbahaya. Sekitar 80 sampai 90 persen orang dengan depresi berat berhasil diobati dan dapat kembali melakukan aktivitas secara normal. Depresi yang tidak berusaha diobati menjadi penyebab tertinggi dari bunuh diri.
6. Obat anti depresi
"Kecuali mengalami depresi parah, Anda mungkin tidak perlu antidepresan," kata Krefft "Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa banyak orang tidak membutuhkan antidepresan.".
Terapi bicara mungkin menjadi pengobatan terbaik untuk depresi ringan atau sedang. Terapi perilaku (Cognitive behavioral therapy atau CBT) adalah psikoterapi umum dengan mengajarkan cara untuk mengganti pikiran dan perilaku depresi dengan hal yang positif. Dalam beberapa kasus tertentu, antidepresan dapat dibutuhkan selain psikoterapi.
7. Ketergantungan pada obat
"Tidak benar sama sekali," kata Dokter Rowney. "Jika Anda mengkonsumsi antidepresan dengan teratur selama sembilan bulan sampai satu tahun, Anda dapat mulai untuk menguranginya." Sementara beberapa penderita mungkin membutuhkan terapi yang lebih lama lagi.
Akibat dari mitos tidak benar ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada peringatan hari Kesehatan Mental Sedunia bulan September 2012 yang lalu, menyatakan secara global, lebih dari 350 juta orang mengalami depresi. Tetapi karena stigma yang sering melekat pada depresi, banyak orang enggan mengakui bahwa mereka sakit dan tidak mencari pengobatan.
Depresi bukan hanya dialami oleh kaum wanita, namun para pria juga sering mengalami depresi. (foto:tumblr.com) |
Komentar
Posting Komentar